6 Argumentasi Tentang Gay dan Lesbian

“Itu melawan kodrat! Hewan saja tidak ada yang menyukai sesama jenis.” “Itu penyakit jiwa. Harus dibawa ke psikiater untuk disembuhkan.” “Mereka itu penyebab AIDS!” “Mengapa tidak sekalian saja membolehkan pedofilia dan zoofilia?” “Jika gay dan lesbian diperbolehkan, maka umat manusia akan punah!” “Tidak cukup kah kisah kaum Luth sebagai pelajaran? Jangan mengundang murka Tuhan!”

Benarkah demikian? Mari kita ulas satu per satu.

1. Itu melawan kodrat! Hewan saja tidak ada yang menyukai sesama jenis.

Salah. Perilaku seksual di alam jauh lebih kompleks dari yang selama ini dikira. Para ilmuwan telah mencatat lebih dari 1.500 spesies hewan yang melakukan aktivitas homoseksual, termasuk singa, kuda, sapi, anjing, lumba-lumba, simpanse, serta beragam jenis unggas dan mamalia lainnya. Kebun binatang di berbagai belahan dunia juga telah mencatat adanya sejumlah pasangan sesama jenis pada koleksi mereka, seperti penguin dan jerapah. Catatan paling konsisten ditemukan pada spesies domba ternak, di mana sekitar 8 – 10% domba jantan di peternakan memilih pasangan sesama jenis. Hewan-hewan dengan kekerabatan yang jauh dari manusia, seperti cacing dan sejumlah reptil, bahkan bersifat hermafrodit (memiliki dua kelamin yang sama-sama aktif).

2. Itu gangguan jiwa. Harus dibawa ke psikiater untuk disembuhkan.

Salah lagi. PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa) yang merupakan rujukan resmi seluruh psikiater dan psikolog di Indonesia telah lama menghapus homoseksual dari daftar gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan pedoman yang diterbitkan Lembaga Kesehatan Dunia WHO yang juga telah menghapus homoseksual dari daftar gangguan jiwa. Sehingga setiap psikiater dan psikolog yang bertanggungjawab tidak akan menyebut gay dan lesbian sebagai gangguan kejiwaan. Tidak ada bukti yang cukup bahwa perilaku homoseksual mengakibatkan gangguan seperti depresi, stress, terganggunya aktivitas sehari-hari atau munculnya perilaku yang membahayakan nyawa. Gangguan seperti depresi yang dialami oleh gay dan lesbian justru muncul karena perilaku diskriminasi yang mereka terima, di mana mereka dianggap aneh dan menjijikan, sehingga mereka cenderung menyalahkan diri sendiri.

3. Mereka itu penyebab AIDS!

Masih salah. AIDS dan penyakit menular seksual lainnya tidak disebabkan oleh homoseksual, tapi disebabkan oleh perilaku seks yang tidak aman. Seperti berganti-ganti pasangan tanpa alat pengaman. Maka AIDS dan penyakit penular seksual lainnya berisiko terjadi pada mereka yang melakukan seks tak aman, terlepas apakah mereka homoseksual atau heteroseksual. Sebuah laporan Kemensos baru-baru ini menyebut bahwa penderita HIV di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mayoritas adalah perempuan berjilbab yang diduga tertular oleh suaminya. Jadi tidak ada hubungan antara ketertarikan sesama jenis dengan HIV/ AIDS. Yang berpengaruh adalah perilaku seksualnya.

4. Mengapa tidak sekalian saja membolehkan pedofilia dan zoofilia?

Lagi-lagi salah. Homoseksual sangat berbeda dengan pedofilia (ketertarikan seksual pada anak kecil) dan zoofilia (ketertarikan seksual pada hewan). Hal ini karena adanya unsur pemaksaan atau ketimpangan relasi kuasa di dalamnya. Anak kecil atau hewan tidak dalam posisi memiliki kapasitas intelektual yang cukup untuk membuat keputusan semacam itu. Berbeda dengan hubungan homoseksual antara dua orang dewasa yang bertanggungjawab dan tidak merugikan siapa pun.

5. Jika gay dan lesbian diperbolehkan, maka umat manusia akan punah!

Makin salah. Banyak orang yang berpikiran dangkal, bahwa bertoleransi terhadap gay dan lesbian berarti ikut-ikutan menjadi gay dan lesbian. Padahal sama sekali tidak seperti itu. Sama halnya ketika kita bertoleransi terhadap agama lain, bukan berarti kita ikut ke dalam agama mereka. Yang dimaksud bertoleransi adalah menerima mereka apa adanya, hidup damai bersama, serta menunjukkan sayang yang sama sebagai saudara dan sesama manusia. Lebih jauh lagi, gay dan lesbian adalah bawaan yang bersifat bakat. Jadi jika kamu tidak punya bakat homoseksual, kamu tidak akan menjadi homoseksual meski pun bergaul dengan mereka setiap hari. Sama halnya seperti homoseksual tidak akan serta merta berubah menjadi heteroseksual meski pun setiap hari bergaul dengan heteroseksual.

Bagaimana pula kita meributkan manusia akan punah, sementara saat ini populasi manusia sudah meledak tak terkendali, menghabiskan begitu banyak sumber daya, mengotori laut, darat dan udara dengan polusi luar biasa, serta membabat hutan demi perluasan pekebunan milik korporasi raksasa? Bahkan jutaan anak terlantar di seluruh dunia yang menunjukkan kegagalan kita memelihara generasi yang ada. Dan kita lebih sibuk mempermasalahkan segelintir gay dan lesbian yang tak mengganggu siapa pun, malah menuduh mereka akan membuat manusia punah sementara setiap hari ada saja heteroseksual tak bertanggungjawab yang melahirkan anak hanya untuk ditelantarkan.

Menerima gay dan lesbian apa adanya justru bisa berpotensi mengurangi problem sosial seperti anak terlantar dan lansia tak terurus. Karena ketika pasangan heteroseksual muda disibukkan dengan bayi mereka sendiri, gay dan lesbian lebih mungkin untuk mengadopsi anak terlantar dan mengurus orangtua mereka di hari tuanya.

6. Tidak cukup kah kisah kaum Luth sebagai pelajaran? Jangan mengundang murka Tuhan!

Ini lah kesalahan terbesar yang dilakukan banyak umat Islam hari ini dalam memandang masalah gay dan lesbian. Kisah kaum Nabi Luth dalam Al-Qur’an sama sekali bukan pembenaran untuk mendiskriminasi gay dan lesbian.

Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al-Ankabut:29)

Dosa kaum Nabi Luth adalah menganiaya para tamu dan musafir yang singgah di kota mereka. Penganiayaan ini meliputi perampokan harta serta perkosaan pria. Beberapa detail di ayat lain menunjukkan bahwa perkosaan pria itu dilakukan secara beramai-ramai, seperti saat mereka memaksa hendak memperkosa tamu Nabi Luth. Ini jelas berbeda dengan hubungan gay dan lesbian yang didasari cinta. Namun perbedaan ini gagal dipahami oleh orang-orang di masa lalu yang belum mengenal delik perkosaan ataupun pelecehan seksual.

Hal ini bisa dilacak dalam hukum-hukum kuno dari jalur tradisi Abrahamik, baik Yahudi, Kristen, maupun Islam yang tidak mengenal hukuman khusus untuk pemerkosa. Hukuman yang dikenal hanya zina dan perampokan. Hal ini diperparah oleh prasangka dan kurangnya pengetahuan mengenai orientasi seksual yang berbeda. Akibatnya, hubungan gay dan lesbian yang didasari cinta ikut dituduh sebagai bagian dari perbuatan keji yang dilakukan kaum Luth.

Padahal di sisi lain, Al-Qur’an sendiri mengakui adanya pria yang tidak memiliki syahwat terhadap lain jenis.

…atau laki-laki yang tidak memiliki syahwat…. (QS. An-Nur:31)

Ini menunjukkan bahwa keadaan mereka yang berbeda dari pria lainnya diakui oleh Al-Qur’an, bahkan menjadi dasar untuk mendapat keringanan dalam hal pergaulan dengan wanita.

Tuduhan bahwa gay dan lesbian mengundang murka Tuhan atau bencana sama sekali tidak berdasar. Fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa mayoritas negara yang telah melegalkan pernikahan sesama jenis adalah negara maju dengan tingkat kemakmuran tinggi, layanan kesehatan universal, pelestarian lingkungan yang baik, dan level korupsi terendah di dunia seperti Kanada, Swedia, Norwegia, Denmark, Inggris, Belanda, Perancis, dan Selandia Baru. Sementara negara-negara ‘religius’ yang mengaku bermoral tinggi dengan mendiskriminasi gay dan lesbian justru berada dalam jajaran negara-negara paling korup di dunia.

***

Menjadi gay dan lesbian bukan lah pilihan. Mereka tidak pernah meminta untuk memiliki rasa itu, yang berbeda daripada kebanyakan orang. Lalu sampai kapan kita berpura-pura tidak tahu bahwa mereka ada? Mereka bahkan mungkin ada di antara teman atau kerabat kita sendiri. Namun mereka diam karena sebagian orang dengan kebodohannya terus menghujat keberadaan mereka.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta kemajuan nilai-nilai kemanusiaan, kita telah sampai pada suatu masa yang tidak pernah dicapai oleh generasi-generasi sebelumnya. Perbudakan telah dihapuskan, kesetaraan gender untuk pertama kalinya menjadi norma secara global, dan untuk pertama kalinya pula demokrasi dan kebebasan mengalahkan bentuk-bentuk politik otoriter di seluruh dunia. Mampu kah kita kini menunjukkan empati pada mereka yang masih tersisihkan?

Adalah sebuah fakta bahwa gay dan lesbian tidak berbahaya atau merugikan siapa pun. Yang mereka cari hanya lah cinta dan kasih sayang seperti kita semua. Ini lah waktunya umat Islam bergerak ke depan. Meninggalkan sisa-sisa kejahiliyahan (kebodohan) masa lalu dan bergabung dalam masa depan yang lebih manusiawi untuk semua orang.

 

14 thoughts on “6 Argumentasi Tentang Gay dan Lesbian”

  1. Yeab i agree with all of it,
    Jujur ya semua saya gay.dan saya mengatakan bahkan saya blom merasakan hubungan sex secara utuh tapi hati saya berkata bahwa saya ingin di sayang dan menyayangi ya walaupun berat hati itu lelaki

    Saya juga berpendapat tidak ada yg salah dengan saya.justru banyak orang yg berperilaku normal secara sexualitas justru tidak bermoral

    Klw tau kisah saya,saya juga sadar diri saya gay semenjak sma saat itu aku tertarik sama seorang pria

    Jujur saya menyalahkan diri saya karena itu tidak mungkin dan salah
    Tetapi seiring waktu saya sadar saya harus cinta diri saya apa adanya baru orang sayang sama saya

    Saat seseorang terlahir buta tuli bisu lumpuh apa mereka mengingininya tapi itulah dia terkadang kita bahkan memandang sebelah mata mereka

    Tapi tidak sedikit dari mereka menjadi manusia sukses,justru yg sehat tidak pernah berkarya

    Klw kita dalami, knp laki2 suka sama wanita, kenapa wanita suka laki2
    Jawabannya bukan karena dapat berproduksi bahkan banyak dari mereka tidak subur jawabnya adalah karena itu pembawaan seseorang
    Mereka terlahir demikian

    Begitupula LGBT (LESBIAN,GAY BISEXUAL,AND TRANSGENDER)
    Berusaha mengubah keadaan seperti ini sama dengan mengubah jati diri dan itu tidak mungkin,itulah kno ilmuan betpendapat ini bukan penyakit tapi normal juga

    Saya pribadi menjadi demikian bukan karena ingin tapi karena inilah yang diingini hati saya

    Saya tidak meminta orang lain untuk terima keadaan ini harapan saya hanya agar semua orang lebih bisa menghormati keputusan perorangan

    Jng slalu membuat statement mana yang salah dan benar karena blom tentu semua punya pandangan yang sama

    Terlebih melihat beberapa pihak agama yang membuat sebuah hukuman mati bagi kaum LGBT

    itu sangat tidak rasional dan berprikemanusiaan karena manusia adalah mahkluk bebas bukan makhluk yang bisa di paksa paksa

    Hanya butuh saling menghormati itu saja harapan saya

    Like

  2. Unfortunately…
    Whatever the arguments we give, terlalu banyak orang yg setiap denger kata “gay” atau “homoseksual” serta merta pikiran langsung tentang “gay sex” …
    Dan, unfortunately, it is easier to hate and be affraid of things that they don’t really understand…
    Which unfortunately, again, it might seem like the “right thing” to do…

    How on earth, anyone sexuality/ orientation affect others, like… in any way?

    Good writing…
    And, thank you…

    Somehow, I really hope that “they” wud think, and consider “people like me” just as a human fellow… not more… or less…

    Like

    1. Saya adalah seseorang yang heteroseksual. Saya muslim. Namun terlepas dari ajaran agama saja, saya bukanlah orang yang homophobia. Karena menurut saya semua individu berhak untuk hidup, setiap individu bertanggung jawab atas keputusan yang ia ambil, dan kita tidak berhak untuk menilai kehidupan individu lainnya. Toh kehidupan kita sendiri belum tentu benar kok.
      Bukannya saya tidak peduli, tetapi saya memiliki urusan hal yang lebih penting daripada men-judge dan membenci orang-orang yang dimaksud. Saya lebih memilih untuk memperbaiki diri saya sendiri daripada menanamkan kebencian kepada suatu hal.
      Slogan saya selalu, “Yaudahlah, urusan masing-masing. Gak perlu ngurusi orang lain, emang dirimu bener?”

      Tq
      Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

      Like

  3. Apakah ada kitab agama samawi yg membenarkan dan membolehkan kehidupan gay ???

    Jika beriman pada Tuhan agama samawi, yg diciptakan Lelaki dan Perempuan…
    Jika anda Gay/ Lesbian dan menganggap bhw jika hidup seperti pasangan normal (laki2 dan perempuan) itu menipu jati diri… Maka pilihan anda adalah tinggalkan Tuhan dan ajaran agama Samawi…

    Hidup adalah pilihan… Mau beriman seperti apa…

    Liked by 1 person

  4. Blog….menyesatkan… Klau anda seorang muslim sangat memprihatinkan… Segera bertobat.
    Klau anda seorang munafik atau non muslim jelas tujuan anda untuk menyesatkan ummat.
    Semoga Allah melindungi kami dari tipu daya anda sekalian..

    Like

  5. tidak ada sumber dan bukti yang jelas,tapi cukup membuat kita berfikir,gay dan lesbian itu ya mmg bawaan,kita perlu bertoleransi,menyisihkan mereka dari kehidupan sosial itu jahat skali,mereka sm2 manusia.

    Like

  6. bagaimana dengan surat Al-A’raf ayat 81?kalau mmg anda muslim…anda harus merujuk kepada Al-Qur’an..jelas2 disitu trtulis.

    “Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwat kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.”

    Like

  7. هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

    Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat dari padanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

    Like

  8. Saya suka dan sepakat dengan semua tulisan di blog ini, kecuali yang ini. Saling menghormatinya oke, tetapi bukan berarti jadi membenarkan.

    Like

Leave a comment